Wahyu Wibowo

Sabtu, 24 Desember 2011

Pulau Kemaro


Palembang yang terkenal dengan Sungai Musi-nya memberikan suasana rekreasi akan wisata airnya. Salah satu wisata di Sungai Musi yang sangat menarik adalah Pulo Kemaro. Pulau yang terletak di sebelah timur Kota Palembang sekitar lima kilo meter sebelah hilir Jembatan Ampera, dengan luas wilayah kurang lebih 24 hektar. Potensi yang dikembangkan di Pulau Kemaro ini wisata budaya dan wisata keagamaan. Dalam perayaan Cap Go Me ribuan masyarakat Cina termasuk yang datang dari berbagai kota bahkan dari luar negeri berkunjung ke pulau Kemaro untuk melakukan sembahyang atau berziarah. Perayaan ini berlangsung sampai 2-3 hari.
Palembang yang terkenal dengan Sungai Musi-nya memberikan suasana rekreasi akan wisata airnya. Salah satu wisata di Sungai Musi yang sangat menarik adalah Pulo Kemaro. Pulau yang terletak di sebelah timur Kota Palembang sekitar lima kilo meter sebelah hilir Jembatan Ampera, dengan luas wilayah kurang lebih 24 hektar.


Potensi yang dikembangkan di Pulau Kemaro ini wisata budaya dan wisata keagamaan. Dalam perayaan Cap Go Me ribuan masyarakat Cina termasuk yang datang dari berbagai kota bahkan dari luar negeri berkunjung ke pulau Kemaro untuk melakukan sembahyang atau berziarah. Perayaan ini berlangsung sampai 2-3 hari.

Jumat, 23 Desember 2011

Asal Usul Jembatan Ampera



 Jembatan Ampera terletak di Provinsi Sumatera Selatan tepatnya di tengah-tengah Kota Palembang yang menghubungkan daerah Seberang ulu dan seberang ilir dan dipisahkan oleh sungai musi. Jembatan Ampera mempunyai panjang 1.117 meter (bagian tengah 71,90 m), lebar 22 m, tinggi 11,5 m (dari permukaan air) dan tinggi menara 63 m (dari permukaan tanah) sedangkan jarat antara menara adalah 75 dan mempunyai berat 944 ton. Awal mula sejarah jembatan ampera, pada awalnya jembatan ini bernama Jembatan Bung Karno, sebagai bentuk penghargaan kepada presiden RI pertama itu (Bung Karno)


Ide untuk menyatukan dua daratan di Kota Palembang ”Seberang Ulu dan Seberang Ilir” dengan jembatan, sebetulnya sudah ada sejak zaman Gemeente Palembang, tahun 1906. Saat jabatan Walikota Palembang dijabat Le Cocq de Ville, tahun 1924, ide ini kembali mencuat dan dilakukan banyak usaha untuk merealisasikannya. Namun, sampai masa jabatan Le Cocq berakhir, bahkan ketika Belanda hengkang dari Indonesia, proyek itu tidak pernah terealisasi.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...